Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Makna Natal dari Tangan Pertama

(Naskah Khotbah Natal)

makna-natal-sejati

Photo by Lucie Liz from Pexels


“Khotbah tentang Makna Natal”

 


 

PENDAHULUAN

Hari Natal sudah tiba lagi.  Sungguh ajaib terkadang jika kita membayangkan betapa cepatnya waktu berjalan.  Rasanya seperti baru kemarin Natal tahun lalu. Rasanya baru seperti kemarin kita membuat janji tahun baru. 

 

BAAM!!!  Tiba-tiba kita sudah berada di Bulan Desember lagi.  Tiba-tiba sudah hari Natal lagi.

 

Tetapi saya rasa kita semua menyukainya bukan?  Saya rasa hampir kita semua akan setuju bahwa bagi kita hari Natal adalah hari yang spesial. 

 

Tatkala kita berada di malam Natal (Christmas Eve), rasanya dunia berubah jadi berbeda.  Menjadi begitu sejuk, begitu nyaman, begitu enak.  Semua orang tersenyum manis di waktu Natal.  Suasana kota yang biasanya begitu sibuk dan acuh tak acuh, tiba-tiba terasa menjadi begitu ramah, begitu damai dan terlihat melambat di malam Natal. 

 

Begitu juga dengan pagi Natal.  Kita bangun dengan begitu gembira sambil menyadari dalam hati, “Ini hari Natal.”  Entah apa yang membuat kita menjadi begitu bahagia di hari Natal.  Apakah karena ada kado Natal? 

 

Mungkin tidak semua kita memiliki kado Natal setiap tahun, jadi saya rasa bukan karena kadonya.  Karena apa lagi mungkin?  Karena hari natal libur?  Saya rasa bukan juga karena itu, karena di hari libur lainnya kita tidak merasa bahagia seperti ini.  Jadi karena apa kita merasa begitu bahagia di hari Natal? 

 

 

Dan sebagian dari kita, mungkin ada juga yang saat ini merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, entah karena apapun. 

 

Mungkin karena kita sedang sedih pada Natal tahun ini, karena alasan yang hanya kita sendiri yang tahu.  Mungkin kesedihan kita itu, membuat kita tidak lagi dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal itu. 

 

Atau mungkin saja anda tiba-tiba saja merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal.  Anda sendiri bingung mengapa hal ini terjadi.  Tiba-tiba saja rasanya tahun ini, hari Natal menjadi biasa saja.  Dan, anda saat ini begitu rindu untuk dapat merasakan kembali kedamaian dan kebahagian Natal. 

 

 

 

KALIMAT PERALIHAN

 

Jadi, untuk kita yang merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal, apakah anda benar-benar tahu mengapa anda berbahagia?  Ataukah anda hanya berbahagia karena terikut tanpa sengaja emosi semua orang lain yang bahagia di hari Natal? 

 

Dan, untuk kita yang sedang merasakan kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, serta begitu rindu untuk menemukannya kembali, bagaimanakah caranya supaya kita dapat menemukan kembali kebahagiaan di hari Natal? 

 

Untuk semua itu, kita perlu untuk menemukan kembali makna natal yang sejati. 

 

Jadi, apakah makna Natal yang sebenarnya itu? 

Apakah bukan suasananya yang romantis, yang sejuk? 

Ataukah bukan karena dekorasinya, musik Natal, pohon natal, salju, dan sebagainya? 

 

Ataukah bukan perasaan bahagia yang secara ajaib tiba-tiba ada di dalam semua orang lain yang tiba-tiba juga penuh senyuman di hari Natal? 

 

 

ISI

 

Untuk mengerti makna Natal yang sejati, salah satu caranya adalah dengan kembali kepada peristiwa Natal pertama. 

 

Mari kita kembali mencari makna Natal dari tangan pertama, dari orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa itu. 

 

Kita melihat kembali ke peristiwa Natal pertama yang sudah lalu, dan bertanya kepada orang-orang yang ada dan terlibat dalam peristiwa Natal pertama.  Apakah makna Natal bagi mereka?

 

 

#1 Makna Natal bagi Orang Majus: Pelajaran untuk Rendah Hati

 

Matius 2:1-2

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

 

 

Siapakah orang Majus itu sebenarnya dan dari manakah asal mereka? 

 

Yang jelas, mereka bukanlah orang Yahudi (orang Israel). 

 

Oleh Matius, dikatakan bahwa mereka datangnya dari daerah timur; yang kemungkinan besar adalah Arabia, Babel, Media, atau Khaldea.  Daerah yang cukup jauh dari daerah Betlehem, di Israel. 

 

Orang Majus dikatakan dapat memiliki fungsi sebagai imam (agama non-Yahudi); dan selain itu mereka juga mempelajari astronomi, astrologi, ilmu pengetahuan umum, dan juga seringkali ilmu-ilmu sihir. 

 

Dalam pemerintahan, biasanya mereka memiliki posisi yang cukup penting. 

 

Jadi, orang-orang Majus ini bukanlah orang-orang biasa, yang tidak memiliki kepintaran atau keahlian tertentu, dan bukan seorang pengangguran.  Mereka adalah orang-orang terhormat di tempat asal mereka.

 

Begitu setelah orang-orang Majus ini mendapatkan tanda dari bintang bahwa seorang Raja Yahudi telah dilahirkan, sesuai dengan nubuat yang kemungkinan besar mereka pelajari dari buku-buku kitab suci orang Yahudi mengenai pengharapan mereka akan kedatangan Mesias; orang-orang Majus ini pergi mengikuti bintang itu, sampai jauh-jauh ke Yerusalem. 

 

Dengan tujuan apa sampai mereka begitu antusias untuk pergi sejauh itu? 

 

Matius mencatat, mereka pergi untuk menyembah Dia, Raja yang baru lahir itu. 

 

Jadi, orang-orang Majus ini dengan sangat jelas menyadari apa arti penting dari Raja yang baru lahir itu.  Mereka dengan jelas mengetahui dan mempercayai bahwa Dia adalah bukan sembarang raja.  Bayi yang baru lahir ini adalah Raja dari segala raja dan pemerintahannya berlaku atas seluruh alam semesta. 

 

Mereka menyadari bahwa bayi yang baru lahir ini akan memberi dampak kosmik yang luas.  Oleh karena itulah, mereka pergi untuk menyembah Dia.

 

 

Bagaimana dengan kita? 

 

Apakah kelahiran bayi Tuhan Yesus memiliki arti yang sangat penting bagi kita?  Sehingga kita rela untuk pergi begitu jauh untuk menyembah Dia? 

 

Sehingga kita rela meninggalkan sementara kesibukan kita yang lain dan pergi untuk menyembah Dia? 

 

Apakah pergi ke gereja mencari Tuhan dan menyembah Tuhan masih merupakan hanya sebuah pilihan di antara banyak pilihan bagi kita di hari minggu pagi (sore), ataukah itu adalah satu-satunya pilihan? 

 

Apakah menyembah Tuhan memiliki posisi penting di dalam kehidupan kita sehingga kita rela meninggalkan sementara segala kesibukan kita yang lain apabila waktu untuk menyembah Tuhan, waktu untuk beribadah, waktu untuk melayani Tuhan datang?

 

Mari kita evaluasi diri kita kembali.

 

 

Bayangkan hal ini, saudara-saudara.  Pergi ke tempat yang begitu jauh pada zaman itu, tidak sama dengan di zaman sekarang yang sudah tersedia pesawat, helikopter, atau setidaknya mobil.  Belum ada kendaraan pada waktu itu, kecuali unta atau kuda dengan kereta. 

 

Pastilah mereka mendapati banyak tantangan dan rintangan dalam perjalanan yang sejauh itu.  Bayangkan bahaya apa yang mengintai mereka sepanjang perjalanan mereka; bisa apa saja: alam yang tidak bersahabat, penyakit, atau perampok. 

 

Namun mereka pergi juga.  Mereka tidak menyerah atau takut. 

 

Setelah itu, apakah orang-orang Majus ini langsung berhasil untuk mencapai tujuan perjalanan mereka?  Apakah tidak mereka tersesat dan karena itu mereka bertanya? 

 

Hal yang baik adalah ketika mereka mencoba mencari Raja yang baru lahir itu dan tidak menemukannya, mereka mau bertanya kepada orang lain yang mereka anggap akan mengetahui jawabannya. 

 

Oleh karena itulah mereka pergi ke istana di Yerusalem, untuk bertanya kepada istana yang mungkin tahu dimanakah Raja yang baru dilahirkan itu.  Dan kemudian, mereka mendapatkan jawabannya karena bertanya  kepada tempat dan orang yang tepat.     

 

Lalu bagaimanakah dengan kita saat ini? 

Apakah kita dengan aktif berusaha mencari Allah? 

 

Dan di waktu-waktu di mana tatkala kita kesulitan menemukan Allah, apakah kita mau berkonsultasi kepada orang-orang yang dapat membantu kita untuk menemukan dengan Allah? 

 

 

Apakah yang kita perlukan untuk dapat bertemu dengan Allah? 

Hanya satu hal saja, yakni kerendahan hati (Yakobus 4:6). 

 

Sama seperti orang-orang Majus ini.  Mereka menyingkirkan semua kehormatan, kepandaian, dan kekuasaan yang mereka miliki.  Mereka menyadari bahwa siapakah mereka apabila berhadapan dengan Raja di atas segala raja.  Dan karena itulah, mereka pergi untuk bertemu dengan Dia dan menyembah Dia.

 

 

 

Kalau kita bertanya kepada orang Majus, apakah makna Natal bagi mereka?  Maka mereka akan menjawab, “Natal adalah saat untuk mulai belajar bersikap rendah hati”. 

 

 

Oleh karena apa?  

 

Oleh karena seharusnya kita malu di hadapan Allah apabila kita mengingat bagaimana kita sering mengecewakan Dia dengan dosa-dosa yang kita perbuat.  Tetapi Ia, Allah yang Maha Besar, Maha Kudus, dan Agung itu, rela turun ke dunia, menjadi seorang bayi, yang lahir di kandang domba, hanya karena Ia mengasihi kita. 

 

Hanya karena Ia ingin datang mendekat kepada kita. 

 

Dengan semua ini, tidakkah kita dapat untuk belajar bersikap rendah hati di hadapan Allah? 

 

Natal adalah saat di mana kita bisa mulai belajar untuk kembali bersikap rendah hati di hadapan Allah. 

 

Siapapun kita, sehebat atau sepandai apapun kita, lepaskan itu semua di hadapan Allah.    Mari kita bersikap rendah hati di hadapan Allah dan menyembah Dia dalam seluruh kehidupan kita.

 

 

 

#2 Makna Natal bagi Para Gembala: Alasan untuk Memuji Allah

 

Lukas 2:20

Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

 

Pernahkah anda membayangkan bagaimana kira-kira terjadinya peristiwa itu, waktu para gembala mendapatkan berita sukacita mengenai kelahiran Kristus? 

 

Waktu itu malam hari, dan para gembala sedang menjaga kawan ternak mereka.  Mungkin juga di antara para gembala itu ada yang sudah tertidur lelap. 

 

Namun tiba-tiba tampaklah malaikat Tuhan yang membuat mereka begitu terkejut dan ketakutan, sambil mereka diliputi oleh sinar kemuliaan Tuhan yang bersinar begitu terang. 

 

Malaikat itu berkata kepada mereka agar mereka tidak menjadi takut karena bukan berita bencana yang akan mereka dengar, melainkan berita sukacita mengenai kelahiran Kristus. 

 

Para gembala yang hanya bisa terdiam itu, tiba-tiba juga mendengarkan sejumlah malaikat yang tiba-tiba menampakkan diri dan kemudian memuji Allah, mungkin merupakan paduan suara yang terindah yang pernah ada di bumi. 

 

Respons mereka setelah mendengarkan berita sukacita ini adalah mereka pergi untuk memastikan kebenaran dari berita.  Mereka pergi ke Betlehem dan menemukan Maria, Yusuf, dan Anak itu, semuanya sesuai dengan apa yang telah diberitakan kepada mereka oleh malaikat Tuhan. 

 

Kemudian respons mereka selanjutnya, setelah bertemu dengan Anak itu dan menyaksikan bahwa berita sukacita yang mereka dengarkan adalah benar, adalah mereka memuji dan memuliakan Allah. 

 

 

Mengapakah mereka memuji Allah?  Karena mereka mengerti bahwa kehadiran Anak itu ke dalam dunia adalah suatu yang menakjubkan, suatu bukti tanda kasih Allah kepada manusia yang sangat besar. 

 

 

Hanya Allah kita yang mau dan mampu untuk datang mendekat kepada kita.  Sementara agama lain mengajarkan bahwa kita harus mendekati Allah, dan untuk mendekati allah, mereka harus berupaya dengan keras, harus berpuasa, harus berdoa semalam suntuk; tetapi agama lain tidak pernah mengajarkan bahwa allah mereka mau untuk berinisiatif mendekati mereka. 

 

Hanya Allah kita, Tuhan Yesus Kristus, yang bersedia untuk datang mendekati manusia. 

 

Mengapa?  Karena Allah tahu, jika dekat kepada Allah bergantung kepada usaha manusia, kita semua tidak ada yang akan berhasil mendekati Allah.  Kita hanya bisa mendekati Allah kalau Allah yang mendekat kepada kita. 

 

 

Itu sesuai dengan janji-Nya.  Membuat para gembala akhirnya menjadi lebih mengimani sekarang bahwa Allah adalah Allah yang akan selalu menepati janji-Nya.

 

 

Lalu, bagaimanakah dengan kita pada saat ini? 

 

Apakah selama ini kita hanya mendengarkan tentang Kristus dari orang lain, namun tidak pernah pergi untuk mencari Allah dan bertemu dengan Dia secara pribadi? 

 

Alamilah Tuhan.  Alamilah secara pribadi kasih dan penyertaan-Nya yang dalam hidup anda.  Jangan hanya mendengarkan tentang Allah dari orang lain.  Dan setelah kita bertemu dengan Allah secara pribadi dan dapat mengimani kebenaran-Nya, percayalah akan kasih-Nya yang besar itu. 

 

Jika Dia adalah Allah yang sangat perduli kepada kita, sampai-sampai Ia sendiri rela turun datang ke dunia, datang mendekat kepada kita, maka Allah tentunya akan juga perduli dengan seluruh permasalahan yang kita hadapi saat ini.  Ia adalah Allah yang tidak akan tinggal diam, berpangku tangan, tatkala kita berdoa meminta pertolongan kepada Dia. 

 

 

Kemudian, respons apakah yang kita lakukan jika kita telah bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan mengalami kasih-Nya secara pribadi? 

 

Seperti para gembala itu, mari kita memuji dan memuliakan Allah dalam seluruh kehidupan kita.  Biarlah seluruh sikap hidup, perbuatan, dan perkataan kita dapat terus menjadi pujian bagi Allah. 

 

Karena kita hidup hanya berdasarkan kasih karunia-Nya.  Makna Natal yang sejati adalah suatu alasan untuk kita memuji dan memuliakan Allah, karena Natal adalah suatu bukti kasih Allah kepada kita.

 

 

 

 
#3 Makna Natal bagi Maria, Ibu Yesus: Pelajaran tentang Ketaatan dan Iman

 

Lukas 1:38

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

 

Maria adalah orang pertama di bumi yang mengetahui akan adanya hari Natal. 

 

Pada waktu Elisabeth, sanak Maria, telah mengandung Yohanes Pembaptis selama 6 bulan, seorang malaikat Tuhan datang kepada Maria dan menyatakan berita sukacita itu kepadanya.  Bahwa dia akan mengandung seorang anak, walaupun dia belum menikah. 

 

Bayangkan betapa terkejutnya Maria ketika mendengar berita itu, dan apa saja yang ia pikirkan ketika mendengar hal itu.  Tidakkah ia akan ketakutan dan penuh rasa kuatir? 

 

Pertama, karena tiba-tiba didatangi oleh seorang malaikat, dan kemudian karena mendengar bahwa dia akan mengandung tanpa suami.  Apa yang akan terjadi kalau masyarakat tahu bahwa dia telah mengandung sebelum ia bersuami?  Hal itu berarti hukuman mati, dirajam dengan batu. 

 

Atau bahkan lagi, apa yang akan terjadi kalau sampai keluarganya atau lebih lagi Yusuf, calon suaminya, tahu?  Bayangkan jika hal ini terjadi pada anda.  Tidakkah anda juga akan menjadi takut dan kuatir?

 

Namun, ketakutan dan kekuatiran Maria itu kemudian segera berganti menjadi sukacita yang besar.  Ketika ia diberitahu bahwa ia akan mengandung Anak Allah, ia dapat menjadi tenang.  Karena apa?  Karena Maria beriman kepada Allah. 

 

Jika ini adalah kehendak Tuhan, rencana Tuhan, maka pasti Allah akan menolong dia untuk menjawab semua kekuatirannya itu.  Allah tidak akan lepas tangan.  Tatkala hal itu adalah rencana Allah, maka pasti Allah akan mengurus segalanya, termasuk bagaimana caranya memberikan penjelasan kepada Yusuf. 

 

Maria beriman kepada Allah, dan karena itulah Ia dapat taat kepada Allah.

 

Saudara-saudara, tatkala Tuhan memberikan kepada kita suatu tanggung jawab atau suatu permasalahan hidup, mari kita juga belajar dari Maria.  Percayalah bahwa semuanya ada dalam rencana Allah. 

 

Dan tatkala kita dengan setia taat kepada Allah dan berjalan dalam rencana-Nya, maka Ia akan mengurus segalanya.  Kita tidak perlu terlalu kuatir. 

 

Kita tidak perlu takut.  Kita tidak akan dicobai sampai melebihi dari kekuatan kita (I Korintus 10:13). 

 

Segala perkara akan dapat ditanggung oleh kita karena Ia akan memberikan kekuatan yang kita perlukan (Filipi 4:13). 

 

Yang kita perlukan hanyalah satu hal saja, yakni ketaatan kepada-Nya. 

 

Mari kita belajar berkata seperti Maria, “Tuhan, aku ini hamba-Mu.  Jadilah sesuai dengan kehendak-Mu.”

 

 

 

PENUTUP

 

Inilah makna Natal yang sejati, yang dapat kita temukan dari tangan pertama.  Biarlah makna-makna Natal ini dapat kembali menyegarkan kita, dan membuat kita, yang merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, kembali dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal. 

 

Biarlah keajaiban Natal, membuat kita bersukacita karena melihat kebaikan dan kebesaran Allah yang tampak dalam kasih-Nya di dalam peristiwa Natal. 

Biarlah makna-makna Natal dari tangan pertama ini juga membuat kita, yang tidak tahu mengapa kita berbahagia di hari Natal, dapat merasakan dan mengalami sendiri kebahagiaan dan kebahagiaan Natal.  

 

Sehingga kita bahagia di hari Natal karena mengerti makna Natal yang sejati dan bukan karena kita terpengaruh atmosfer Natal atau karena sukacita orang lain. 

 

Jadikanlah makna Natal itu merupakan pengalaman pribadi kita bersama Allah, maka kita akan mengerti makna-makna Natal itu, merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal, serta membuat kita dapat semakin dekat dengan Allah.  Amin


--------------------------------------------


Baca Juga: Kumpulan Naskah Khotbah Kristen




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]