IT By: Craig Groeschel
(Part one: What is It? – Chapter One: Where Did It Come From?)
Photo by Christian Dubovan on Unsplash |
A book review & reflection by Lukas Onggo Wijaya - 101
“You either have it or you don’t – Popular
Saying” (Page 13)
“Whatever it was, everyone who came
felt it. And the talked about it. And new people came and experienced it. And the church grew. And grew.
And lives were changed by the dozens.
Then by the hundreds. The by the
thousands.” (Page 15)
"“Thinking about other churches and ministries, I realized I could name a dozen that used to have it but don’t anymore. At one time, they were reaching tons of people, growing with cutting-edge ministry inovation. But somewhere along the journey, the seemed to freeze in time, then slowly thaw and melt away. They once had it. But they lost it.
Could that be happening to us?
The I watched a few other churches whose
growth had been flat for years. One day,
something changed. Maybe the got a new
leader. Or their previous leader found a
second wind. Perhaps God gave a staff
member an idea that worked. I don’t know,
it could be that they redecorated the chuch in God’s favourite colour. Whatever the reason, I could think of many
churches that didn’t have I for years, buat got itt. Sudden, dramatic resuscitation.” (Page
17)
“Two important principles, or It
factor,drawned on me:
·
The good news: if you don’t have it, you can get it.
·
The bad news: if you have it, you can lose it.” (Page 18)
Sangat menarik memperhatikan
bagaimana pertumbuhan terjadi di berbagai gereja. Ternyata bukan hanya gereja besar yang bertumbuh,
ada banyak juga gereja kecil yang bertumbuh.
Banyak juga gereja yang dulunya bertumbuh, saat ini mungkin sudah tidak
lagi mengalami pertumbuhan atau stagnan.
Pertumbuhan pada
akhirnya tidak terjadi karena memiliki semua peralatan mewah yang dimiliki oleh
gereja-gereja besar. Karena ada gereja kecil
yang tidak memiliki apa-apa, tetapi mengalami pertumbuhan rohani dengan deras.
Lalu apa yang terjadi dengan gereja yang bertumbuh? Juga dengan gereja yang tidak bertumbuh?
Pertumbuhan tentu terjadi karena diberikan oleh Allah. Siapapun bisa menyiram, tetapi hanya Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6).
Namun, apakah kita perlu
merenungkan dengan serius mengapa dulu Allah
memberikan pertumbuhan kepada suatu gereja dan sekarang tidak lagi sedang
memberikan pertumbuhan?
Apakah ada
kesalahan yang dilakukan oleh gereja tersebut?
Atau para pemimpin gereja di dalamnya melakukan kesalahan managemen? Atau bahkan melakukan dosa yang membuat
mereka jauh dari Tuhan dan tidak bisa mendengarkan lagi suara TUAN nya?
Atau benarkah alasan bahwa selalu ada masa konsolidasi = tanpa pertumbuhan? Bahwa hal itu wajar saja terjadi?
Sehatkah jika menilai
pertumbuhan rohani harus selalu dengan pertumbuhan angka: jumlah jemaat dan jumlah
persembahan? Apakah ada gereja yang
bisa dibilang dengan jelas memiliki “it” , mengalami pertumbuhan rohani yang sehat
tanpa adanya pertumbuhan angka?
Semua pertanyaan
tersebut di atas belum terjawab di bab 1 ini.
Kita tampaknya perlu membaca lebih dalam ke bab-bab berikutnya sampai buku ini
selesai kita baca.
Namun, saat sebuah gereja mengalami “IT”, yang mungkin bisa kita terjemahkan sebagai “kebangunan rohani” atau “kegerakan Allah”; saya setuju bahwa semua orang di dalam gereja akan bisa merasakannya. Orang-orang diluar gereja akan bisa melihatnya.
Gereja akan menjadi bahan perbincangan penuh semangat bagi banyak orang. Kehidupan akan diubah, orang-orang akan menerima Yesus sebagai Juru Selamat, Tuhan, dan Sahabat.
Dan apabila gereja kita
belum pernah mengalaminya, atau saat ini sudah lagi tidak mengalaminya, kita
harus berdoa kepada Allah untuk memberikannya kepada kita.
Karena hanya Allah yang
dapat memberi pertumbuhan! Kepada DIA
lah kita berdoa, berharap, dan meminta.
Jangan pernah
berharap dan mengandalkan manusia, siapapun dia, termasuk hamba Tuhan atau
bahkan gembala sidang. Karena manusia sesungguhnya
hanya bisa menanam dan menyiram! Namun,
Allah yang memberi pertumbuhan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar