Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Pusatnya adalah Yesus

(Naskah Khotbah tentang Penyembahan yang Sejati)

Ibadah yang sejati
Image by Free-Photos from Pixabay


“Khotbah tentang Ibadah (Worship) dari Yohanes 12:32”

 


 

PENDAHULUAN

Sebelum ada ibadah, sebelum ada penyembahan, kita harus menaruh sesuatu atau seseorang dahulu di tengah-tengah untuk menjadi pusat dari penyembahan kita. 

 

Seakan-akan di tengah-tengah ini ada takhta dulu yang kita bangun, dan kemudian di atas takhta tersebut kita menaruh sesuatu atau seseorang UNTUK MENJADI PUSAT DARI PENYEMBAHAN KITA.

 

Pertanyaannya sekarang apakah pusat dari penyembahan kita? 

Jawaban seharusnya adalah Yesus. 


 

Yesus yang harusnya menjadi pusat dari penyembahan kita.  Tetapi betulkah Yesus yang menjadi pusat dari penyembahan kita?

 

 

 

Saya sudah terus menekankan kepada kita bahwa ibadah kita di sini setiap hari minggu, hanyalah latihan untuk ibadah kita yang sesungguhnya di luar sana setiap hari.

 

Di dalam gedung ibadah setiap minggu itu hanya latihan, hanya rehearsel.  Di luar sana lah ibadah kita yang sesungguhnya.  Seluruh kehidupan kita adalah penyembahan.

 

Maka, betulkah pusat kehidupan kita adalah Yesus?

 

 

Ps. Luigi Glio: 

Untuk memperhatikan apa yang kita sembah: Perhatikan jejak “trails” daripada waktu, daripada uang yang anda keluarkan buat apa, energi yang anda habiskan buat apa.  Ikuti jejak-jejak itu, dan jejak itu akan berakhir pada sebuah tahkta, dan di atas takhta itu ada seseorang atau sesuatu yang kita sebenarnya sembah.

 

Maka perhatikan apakah energi kita, waktu kita, uang kita, kita habiskan banyak buat Yesus?  Atau untuk sesuatu yang lain?

 

 

KALIMAT PERALIHAN

Bagaimana cara kita menjadikan, memastikan Yesus sebagai pusat dari penyembahan, sebagai pusat dari kehidupan kita?

 

Mari kita melihat firman Tuhan dari:

 

Yohanes 12:32

dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."

 

 

ISI

Ayat ini berbicara tentang bagaimana Yesus mati dan tentang bagaimana kita seharusnya hidup!

 

Yesus mati dengan cara ditinggikan, di atas kayu salib IA ditinggikan;

 

dan hasilnya banyak orang tertarik untuk datang kepada Yesus, menjadikan Yesus sebagai Tuhan atas hidupnya.

 

Ayat ini juga berbicara tentang bagaimana seharusnya kita hidup.  

Kita harusnya hidup meninggikan Yesus, menjadikan Yesus sebagai pusat kehidupan kita, pusat penyembahan kita, sehingga hasilnya juga akan banyak orang bisa tertarik mengenal Yesus, menjadikan Yesus sebagai Tuhan  mereka juga, karena melihat kehidupan kita yang sama sekali berbeda.

 

Setelah menyadari bahwa karena anugerah Tuhan lah kita bisa hidup, maka harusnya kita hidup bukan untuk diri kita sendiri lagi, kita hidup untuk Tuhan. 

 

Kita menjadikan Tuhan sebagai pusat dari kehidupan kita.  Kita hidup untuk meninggikan Tuhan.

 

 

 

Sesungguhnya kita hanya bisa memiliki dua pilihan pusat hidup:
Diri kita sendiri Vs Yesus

 



Setiap hari, setiap detik dalam kehidupan kita, kita akan selalu bergumul dengan hal ini: 

 

Apakah Yesus yang akan ditinggikan atau kesenangan kita sendiri yang akan ditinggikan?

 

Apakah Yesus yang akan diutamakan atau diri kita sendiri yang diutamakan?

 

Apakah Yesus yang akan jadi pusat perhatian atau diri kita sendiri yang kita jadikan pusat perhatian?

 

 

Berikut beberapa tanda orang-orang yang berpusat pada Diri Sendiri atau Berpusat pada Yesus:

 


#1

Berpusat pada Diri Sendiri: Senang Menjadi Dikenal

Ketika masuk ke sebuah ruangan, mereka mau agar semua orang menyadari bahwa mereka ada di sana.   Dalam sebuah pertemuan, mereka akan menunggu untuk dikenali dan disapa, jika tidak maka mereka akan menjadi kecewa dan marah. 

 

Mereka memberi dan berharap diumumkan, dituliskan namanya sebagai donatur.  Mereka adalah tipe orang yang selalu berusaha mencapai kesuksesan, keberhasilan, demi untuk mendapat pamor. 

 

Berpusat pada Yesus: Senang untuk Mengenal Yesus

Mereka sadar bahwa ini bukan tentang mereka, tetapi tentang Tuhan.  Apapun yang mereka lakukan, pujian selalu dikembalikan ke Tuhan Yesus.  Hidup mereka bertujuan agar orang bisa melihat Yesus dalam apa yang mereka lakukan.  Mereka tidak terlalu perduli untuk dikenal. 

 

Waktu mereka memasuki ruangan atau pertemuan, mereka tidak berharap untuk dikenal atau disapa, namun berharap dapat menjadi berkat, walau di belakang layar.  Kesukaan mereka adalah untuk mengenal Yesus melalui perenungan firman Tuhan, baik dalam ibadah maupun secara pribadi.  Dan mereka selalu berusaha untuk membuat Yesus dikenal.

 

 

#2

Berpusat pada Diri Sendiri: Senang untuk Dilayani

Mereka selalu merasa bahwa mereka layak untuk dilayani.  Mereka hidup dikelilingi oleh orang-orang yang mau melayani mereka karena berhutang budi pada mereka.  Mereka berharap diperlakukan khusus setiap kali datang.  Fokus mereka adalah soal kepuasan diri sendiri.

 

Berpusat pada Yesus: Senang Melayani Orang Lain

Mereka memiliki hati hamba yang sejati, yaitu orang-orang yang senang setiap kali melayani orang lain.   Ketika mereka selesai melayani, mereka bukan merasa kelelahan, tetapi tambah bersemangat.  Fokus mereka ada pada kepuasan sesama. 

 

 

#3

Berpusat pada Diri Sendiri: Berusaha untuk Menyenangkan Banyak Orang

Mereka senang untk menyenangkan orang lain sehingga orang lain dapat menyukai mereka.  Mereka hidup hanya mengikuti arus dan tidak pernah mau bertentangan dengan orang lain.  Bahkan mereka bersedia untuk mengubah pikiran dan perasaan mereka sehingga tidak membuat orang lain tersinggung. 

 

Berpusat pada Yesus: Berusaha untuk Menyenangkan Tuhan.

Mereka tidak berusaha untuk menyenangkan orang lain.  Mereka berusaha untuk membangun orang lain dengan kasih, bahkan di saat itu harus menyinggung orang lain.  Yang mereka cari adalah apa yang Tuhan senangi, bukan apa yang orang lain akan senangi. 

 

Mereka bersedia melawan arus, berbeda dari kebanyakan orang dan menerima segala resikonya – untuk menyenangkan Tuhan.

 

 

 

#4

Berpusat pada Diri Sendiri: Menyalakan terang untuk diri mereka sendiri.

 

Berpusat pada Yesus: Menyalakan terang untuk orang lain.

Dalam Matius 5:14-16, Tuhan Yesus berkata bahwa kamulah terang dunia.  Tuhan tidak memerintahkan kita untuk menjadi terang, Tuhan tidak meminta kita untuk berusaha bersinar lebih terang.  Tuhan menyadarkan kita bahwa engkau adalah terang, tugasmu adalah bersinar. 

 

Tetapi terang menjadi tidak berguna jika ditaruh di dalam keranjang atau ember.  Terang harus diletakkan di tempat tinggi sehingga dapat menerangi kegelapan di sekitarnya.  Artinya kita harus menunjukkan perbuatan baik kita bukan supaya dipuji orang lain, bukan supaya mendapatkan pengakuan, tetapi untuk membantu orang lain dengan tulus,  untuk menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

 

 

#5
Berpusat pada Diri Sendiri: Berjalan dengan Penglihatan

Jika tidak melihatnya, mereka tidak akan berjalan maju.  Jika tidak melihat, mereka tidak percaya.  Bukti diperlukan lebih dahulu.  Ini bukan iman, tetapi logika. 

 

Berpusat pada Yesus: Berjalan dengan Iman

Meskipun tidak terlihat, belum terbukti, tidak apa-apa.  Jika Tuhan memerintahkan, maka mereka lakukan lebih dahulu.  Mereka sangat mengerti bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.  Maka berbuat, berjalan lebih dulu dengan iman adalah sangat penting dalam kehidupan mereka.

 

 

#6

Berpusat pada Diri Sendiri: Menemukan Keburukan dari orang Lain

Jika anda memiliki kelemahan, mereka akan menemukannya dan menunjukkannya, membicarakannya kepada orang-orang lain.  Mereka melakukan hal ini untuk membuat diri mereka sendiri merasa lebih baik.  Jika mereka bisa menjatuhkan anda dengan menemukan keburukan anda, maka itu akan membuat diri mereka juga terlihat lebih baik.

 

Berpusat pada Yesus: Menemukan Kebaikan dari Orang Lain.

Jika ada sebuah kebaikan di dalam diri anda, maka mereka akan menemukannya.  Mereka tidak mengeluarkan kelemahan anda, melainkan menunjukkan kebaikan anda kepada orang-orang lain. 

 

 

HASILNYA: Hidup kita menjadi berbeda dan menarik

Waktu kita menjadikan Yesus sebagai pusat dari kehidupan kita, akan membuat hidup kita menjadi sangat berbeda dan menarik.  Dan hasilnya orang-orang akan tertarik. 

 

Orang-orang akan tertarik karena kita melakukan segala sesuatu dengan baik, bahkan sangat baik.  Excellent.

 

Kolose  3:23

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

 

Kita melakukan segala sesuatu dengan baik, bahkan sangat baik, yang excellent, bukan karena kita gila harta, bukan karena kita mau cari muka, tetapi karena kita mengerti bahwa itulah satu-satunya cara hidup yang dapat memuliakan Tuhan kita.  Itu cara kita meninggikan Tuhan kita.

 

 

Saat kita mencapai banyak hal karena selalu memberikan yang terbaik, selalu excellent, dan tetap rendah hati, tidak sombong, maka orang-orang akan bertanya-tanya: mengapa kita tetap rendah hati?  Mengapa kita berbeda?

 

 

 

Tahukah saudara bahwa saat kita tetap belajar rendah hati dan meninggikan Tuhan, maka Tuhan akan malah  meninggikan kita?

 

Matius  23:12

Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

 

Orang-orang akan bertanya-tanya: Mengapa promosi terus datang untuk kita?  Bonus selalu datang, berkat datang.  Sementara yang kita lakukan hanya terus memberikan yang terbaik, yang excellent; bukan untuk mencari muka, bukan untuk mencari kebanggaan, bukan untuk sombong. 

 

Melainkan dengan rendah hati kita mengerti bahwa Excellent adalah satu-satunya cara kita untuk menunjukkan dalam hidup bahwa kita meninggikan Tuhan, memuliakan Tuhan.

 

 

Dan saat kita terus rendah hati, saat hidup kita benar-benar berpusat kepada Kristus, maka orang-orang akan datang kepada Kristus melalui kehidupan kita. 

 

Tidak perlu ditakuti-takuti dengan neraka, tidak perlu diiming-imingi dengan beras gratis, sembako gratis, atau door price, orang-orang akan datang mencari Yesus melalui kehidupan kita.

 

 

 

PENUTUP

Seharusnya orang datang ke gereja karena gereja itu menarik, dan bukan datang karena ditarik-tarik: bukan dipaksa-paksa, ditakut-takuti, atau diiming-imingi.

 

Jika orang-orang tidak datang kepada Kristus melalui kehidupan kita, maka kita perlu bertanya Apakah kita rendah hati atau penuh kesombongan?

 

Apakah hidup kita sungguh sudah berpusat kepada Kristus atau masih berpusat kepada diri sendiri? 

 

Jika kehidupan kita tidak membuat orang-orang tertarik kepada Yesus, maka kita harus sungguh-sungguh bertanya kepada diri kita sendiri: “Apakah Yesus sudah menjadi pusat dari hidup kita?” 

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]