Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Tuhan atau Hantu

(Refleksi Kristen dari Matius 14:26)

Tuhan atau hantu
"Melatih Kepekaan Rohani"


“Refleksi Kristen tentang Kepekaan Rohani”

 --------------------------------------------

 

 

Matius  14:25-26

Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.  Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.

 

 

Kadangkala Tuhan dan hantu itu sangat sulit dibedakan. 

 

 

Setidaknya dua kali di Alkitab, terjadi peristiwa di mana Tuhan itu dikira hantu.  Apakah saudara bisa ingat kapan peristiwa tersebut terjadi

 

 

Yang pertama terjadi dalam ketika Yesus berjalan di atas air, Ia dikira hantu oleh murid-murid-Nya. 

 

Sementara para murid sedang dalam situasi kewalahan karena kapal yang mereka naiki diamuk oleh badai, kehadiran Tuhan untuk menolong mereka malah membuat mereka tidak menyadari kehadiran Tuhan. 

 

Bahkan para murid dikatakan berteria ketakutan karena kehadiran Tuhan di salah sangka sebagai “hantu”. 

 

Dan peristiwa ini tidak hanya terjadi sekali saja. 

 

Yang kedua kali adalah ketika Tuhan Yesus sudah bangkit dari kematian.

 

Ketika Yesus mampu menembus pintu dan tembok untuk masuk ke dalam ruangan tertutup (*Yohanes 20:19), IA juga dikira hantu oleh murid-murid-Nya.

 

Lukas 24:36-37

Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"   Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.

 

 

 
Ini terjadi dengan murid-murid Tuhan Yesus!  Yang hidup sangat dekat dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun!

 

Namun masih bisa sulit membedakan antara ini Tuhan atau jangan-jangan ini hantu!

 

 

Herannya, pada masa sekarang ini begitu gampang seseorang mengatakan sesuatu atas nama Tuhan.  Kata-kata yang keluar biasanya seperti ini: hal ini bisa terjadi karena Tuhan, atau saya melakukan ini karena disuruh Tuhan, Tuhan memberikan saya kesempatan untuk melakukan ini, Tuhan meminta saya berbicara, dan lain sebagainya. 

 

Nama Tuhan dapat digunakan sebagai alasan pembenaran perilaku kita.

 

 

Lalu bagaimana kita bisa begitu yakin bahwa ini benar-benar adalah arahan dari Tuhan atau “hantu”? 

 

Saya pikir setidaknya dua prinsip ini dapat kita gunakan untuk membedakan arahan Tuhan atau pihak sebaliknya. 

 

 

 

#1 Tuhan Tidak Suka Merusak

 

Prinsip pertama yaitu bahwa Tuhan tidak suka merusak, Ia suka membangun.  Kalau kita mengikuti arahan hidup dari Tuhan, kehidupan kita akan terbangunkan dan bukan malah menjadi rusak. 

 

Sebagai contoh, arahan hidup dari Tuhan tidak mungkin malah menyebabkan pernikahanmu menjadi rusak.  Jika ada pendeta sekalipun, yang berkata bahwa engkau harus bercerai dan menikah dengan dia – karena itu “disuruh Tuhan”; jelas itu pasti bukan dari Tuhan.

 

Tuhan sukanya membangunkan kehidupan, bukan malah merusak kehidupan.

 

 

Dan yang namanya membangun itu adalah sebuah proses.  

 

Membangun gedung misalnya, itu artinya proses menjadi sebuah gedung.  Yang artinya membutuhkan waktu.  Tidak bisa membangun itu instant langsung jadi. 

 

Itu artinya kita harus setia pada proses dan tidak mencari jalan pintas untuk hidup kita menjadi “terbangunkan”.

 

Jangan mencari “cara cepat jadi kaya”.    Atau “cara cepat mendapat jodoh”.

 

Memang dunia banyak menawarkan kepada kita “cara cepat”, atau jalan pintas, atau “jalan lurus”.  Tetapi biarlah firman Tuhan ini selalu dapat menyadarkan kita.

 

Amsal  14:12

Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

 

 

 
#2 Tidak Pernah Bertentangan dengan Firman-Nya

 

 

Prinsip kedua untuk memastikan apakah ini sungguh adalah kehadiran Tuhan adalah suara Tuhan tidak akan pernah bertentangan dengan suara-Nya yang tertulis di dalam Alkitab. 

 

Kalau firman Tuhan menuntut kejujuran, maka suara Tuhan yang kita dengar di dalam hati kita atau melalui orang lain tidak akan mengarahkan kita untuk berbohong kepada seseorang. 

 

Kalau firman Tuhan tidak pernah memperkenan perzinahan, maka suara Tuhan yang kita dengar melalui orang lain juga tidak akan mengizinkan perzinahan.

 

Kalau firman Tuhan tidak pernah mengizinkan mencuri, maka alasan apapun tidak bisa membenarkan tindakan seseorang untuk mencuri.

 

 

Biarlah setidaknya dua prinsip ini, bisa membantu kita untuk terus peka dan dapat membedakan antara kehadiran Tuhan yang sejati dan mana yang palsu.


--------------------------------------------


Refleksi kristen menarik lainnya dapat dibaca DI SINI.

 

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]