Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Kesetiaan Tuhan dan Ketidak-Setiaan Kita 

(Refleksi dari Nehemia 9:1-37) 

kesetiaan Tuhan dan ketidak-setiaan Manusia
"Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan"


“Renungan Kristen tentang Kasih Allah” 


----------------------------------------------------

Orang-orang Israel mengakui bahwa Tuhan itu setia, tetapi sekaligus mengakui bahwa manusia gampang sekali berubah kesetiaannya (ay. 33). 



Dalam Nehemia 9 ini mereka bersaksi bahwa nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tidak tahu diuntung, bertindak angkuh, bersitegang leher, dan tidak mau menurut (ay. 16-17). 


Namun mereka juga mensyukuri bahwa kasih Tuhan tidak bergantung kepada kasih manusia kepada-Nya. 

Mereka menyadari bahwa kasih Tuhan itu sangat dewasa, tidak mudah marah lalu pergi meninggalkan. Walaupun sebenarnya mereka pantas untuk dibuang dan ditinggalkan. 



Ini adalah sebuah kabar baik bukan hanya untuk orang Israel di masa perjanjian lama, namun juga kepada setiap kita, orang percaya pada masa kini. 

Biarlah kebenaran ini meneguhkan kita hari ini, bahwa: 



#1 Tuhan kita Panjang Sabar dan Berlimpah Kasih Setia 


Dalam ayat 17 di katakan seperti ini: 

Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan mereka. 

 


Dalam ayat 18 dikatakan bahwa Tuhan kita tetap sama, “BAHKAN…” 


BAHKAN ketika mereka membuat berhala, 

IA tidak meninggalkan mereka. Tetap menyertai mereka dengan tiang awan dan tiang api. Tetap mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Tetap mengajar mereka dengan Roh-Nya. Tetap memelihara kehidupan mereka setiap hari. 



Betapa sabar dan setia-Nya Tuhan kepada orang Israel. Juga kepada kita hari ini. 


Bukankah hari ini masih terus terjadi? 


Tentang bagaimana kesetiaan kita kepada Tuhan bisa tiba-tiba luntur atau melemah? 

Apakah karena nafsu? 
Apakah karena ketidak-sabaran kita untuk mendapat apa yang kita mau dengan segera? 
Apakah karena kita sibuk membangun kebanggaan kita sendiri? 
Apakah karena sekedar kita sedang bodoh? 
Apakah karena kita terlalu merasa senang, aman, dan nyaman sampai lupa dengan Tuhan? 


Betapa ajaib-Nya Tuhan bahwa IA juga tidak membuang dan meninggalkan kita pada hari-hari ini. 

Betapa herannya pengampunan-Nya. Betapa panjangnya kesabaran-Nya. Betapa setia-Nya IA pada kita. 


Kebenaran ini seharusnya membuat kita menjadi tahu diri dan rendah hati. Meluluhkan hati dan kesadaran kita terdalam. 

Mau sungguh-sungguh untuk belajar mengasihi Tuhan dengan nyata. Yaitu dengan perbuatan, mau menuruti perintah-perintah-Nya. 


Dan jika kita mendengar suara-suara yang berkata sebaliknya, seperti: 


Kita terlalu memalukan, tinggalkanlah Tuhan sebelum Tuhan membuang kita! 
Kita terlalu tidak tahu diri, masih berani untuk berdoa meminta kepada-Nya! 

Percayalah bahwa itu bukan suara-Nya Tuhan. 



#2 Disiplin Tuhan dalam Kasih Setia-Nya 


Namun BUKAN BERARTI bahwa Tuhan tidak akan menghukum. 

Disiplin Tuhan selalu akan dimulai dengan peringatan demi peringatan. 

Apakah itu peringatan halus? Atau langsung peringatan keras? Namun Tuhan tidak pernah langsung memberikan hukuman tanpa peringatan sebelumnya. 


Dan ketika peringatan demi peringatan kita abaikan, maka hukuman akan datang kepada kita. 


Tetapi Tuhan tidak menghukum kita hanya karena marah dan mau melampiaskan emosi-Nya. IA menghukum kita agar kita bisa sadar akan kesalahan-kesalahan kita dan kembali kepada-Nya. 

Tuhan mendisiplin kita karena kasih-Nya yang besar dan kesetiaan-Nya yang tidak pernah putus. Selama kita mau bertobat, Tuhan selalu akan memulihkan kita. 

Biarlah kebenaran ini membuat kita bukan malah semakin bermain dengan dosa, tetapi membuat kita semakin menghindari untuk berbuat dosa. 



Sama seperti seorang anak yang tidak mau membuat orangtuanya sedih karena perbuatannya yang kembali nakal, demikianlah kita seharusnya tidak mau membuat Tuhan sedih karena perbuatan kita. 

Karena setiap orangtua, ketika menghukum anaknya, melakukannya di dalam kasih yang besar dan juga kesedihan yang mendalam. IA tidak mau menghukum, tetapi seringkali disiplin perlu dilakukan. 

Demi kebaikan anak-anak itu sendiri. 

----------------------------------------------------


Refleksi sebelumnya dari Nehemia 8, dapat dibaca di sini.

 

Berbagai Q&A Alkitab dapat dibaca di sini.

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]