Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Kebangunan Rohani Sejati

(Refleksi dari Nehemia 7:73 – 8:18)

kebangunan rohani sejati
Photo by Luis Quintero from Pexels


“Renungan Kristen tentang Kebangunan Rohani” 


---------------------------------------------------

Kebangunan rohani pada masa sekarang seringkali salah dimengerti hanya sebagai ibadah yang ramai diikuti oleh banyak orang. 



Ibadah “kebangunan rohani” dimengerti sebagai ibadah yang dilakukan dengan memakai gedung serbaguna atau lapangan terbuka yang luas sehingga dapat mengumpulkan banyak massa. 


Tetapi apakah benar bahwa kebangunan rohani hanya dilihat dari jumlah massa yang harus cukup besar? 




Bukankah lebih gampang untuk mengumpulkan banyak orang di zaman internet dan media sosial seperti hari ini? Apalagi jika memakai artis sebagai pendukung acara? 

Apakah kebangunan rohani namanya kalau sekedar mempertontonkan kuasa Allah yang dapat menyembuhkan dengan cara mukjizat? 



Namun sayangnya, mukjizat yang spektakuler seperti itu memang telah membuat banyak orang kagum pada kuasa Allah atau kuasa Yesus. 


Tetapi sekedar kagum saja dengan Allah tidak dapat mengubahkan kehidupan. 


Ini kebenaran keras yang seringkali sulit kita cerna. 


Melihat mukjizat terjadi mungkin memang dapat “mengangkat iman” kita. Tetapi jika tetap menjadi orang Kristen yang tidak mau mendengar dan melakukan firman Tuhan, kebangunan rohani yang sejati yang sungguh mengubahkan hidup tidak akan pernah terjadi. 


Karena kebangunan rohani yang sejati itu selalu disebabkan oleh firman Tuhan yang mempertobatkan manusia. 


Bukanlah kebangunan rohani jika hanya membuat orang kagum kepada mukjizat dan mencari mukjizat lebih daripada mencari Allah dan firman-Nya. 



Sama seperti dalam kisah Nehemia. Nehemia sadar betul dari awal yang perlu dibangun bukan hanya secara fisik, seperti gedung dan tembok; tetapi juga secara rohani (jiwa). 

Maka setelah tembok selesai dibangun, kini saatnya untuk membangun rohani setiap orang Israel. 

Nehemia dengan tepat mengambil moment perayaan hari raya pondok Daun, supaya mengajarkan kepada setiap orang Israel dan juga kepada kita, 

bahwa kebangunan rohani harus dilakukan dengan cara: 



#1 Memiliki Waktu Khusus untuk mendengar firman Tuhan 


Dikatakan pada bulan yang ketujuh dan selama 7 hari lamanya (ay. 18), kitab Taurat Musa haruslah dibacakan kepada seluruh orang, baik laki-laki maupaun perempuan dan setiap orang dapat mendengar dan mengerti (ay. 2). 

Semua orang yang sehat, mampu mendengar dan mengerti, haruslah ikut untuk memiliki waktu khusus berkumpul bersama untuk mendengar firman Tuhan. 

Dikatakan juga bahwa seluruh umat harus dengan penuh perhatian mendengarkan pembacaan firman Tuhan itu (ay. 3). 


Apakah orang-orang Kristen pada masa kini memiliki waktu khusus untuk mendengar firman Tuhan? 
Apakah hanya cukup setiap hari minggu saja di dalam ibadah mendengarkan khotbah? 


Apakah kita masih mendengarkan khotbah dengan penuh perhatian? 
Atau sambil dengar khotbah, sambil juga membuka media sosial atau membaca berita di smartphone kita? 


Tentu mendengarkan khotbah pada ibadah minggu adalah waktu khusus mendengarkan firman Tuhan yang baik.  Namun kita harus seperti orang Israel yang mendengarkan dengan “penuh perhatian”. 


Tetapi itu tidak akan cukup untuk kita mengalami kebangunan rohani. 


Karena kita berkata bahwa firman Tuhan adalah makanan rohani kita. 


Bukankah harusnya sama seperti kita makan untuk tubuh fisik kita setiap hari baru kita akan merasa kuat dan bertenaga, demikian juga kita harus memberi makan jiwa (rohani) kita setiap hari? 


Maka, sediakanlah waktu khusus untuk mendengar firman Tuhan juga setiap hari – agar kita bisa mengalami kebangunan rohani sejati dalam hidup kita. 




#2 Firman Tuhan yang Dimengerti 


Saya begitu sedih untuk mengakui bahwa seringkali kebangunan rohani tidak terjadi juga karena akibat kelalaian para hamba Tuhan. 


Mereka membuat firman Tuhan terlalu sulit untuk dimengerti. Terlalu rumit untuk diikuti. 

Padahal adalah tugas setiap hamba Tuhan untuk membacakan firman Tuhan dan kemudian diberi “keterangan-keterangan” sehingga bisa dimengerti (ay. 8). 


Namun ada banyak hamba Tuhan, bukannya memberi keterangan tetapi malah kegelapan. 



Setiap para hamba Tuhan perlu sangat menyadari bahwa kebangunan rohani sejati hanya bisa terjadi karena firman Tuhan yang membawa kepada pertobatan. 

Maka untuk bisa membawa kepada pertobatan, firman Tuhan itu haruslah terlebih dahulu bisa dimengerti oleh orang yang mendengar. 

 

Pada masa sekarang, ini bukanlah sesuatu yang sulit! 


Ada begitu bahan dan bahkan bantuan untuk para hamba Tuhan belajar menyampaikan kebenaran firman Tuhan dengan cara yang mudah dimengerti. 


Yang dibutuhkan hanya kerendahan hati untuk terus belajar DAN WAKTU PERSIAPAN YANG CUKUP. 



Saya pikir dengan adanya akses internet dan media sosial yang terbuka lebar pada masa sekarang ini, para hamba Tuhan tidaklah lagi bisa mengatakan alasan bahwa mereka kekurangan bahan. 


Yang kurang hanyalah kerendahan hati dan disiplin untuk melakukan waktu persiapan yang cukup. 



#3 Tersentuh Firman dan Berbahagia


Pada waktu pertama kali umat Israel mendengar firman Tuhan dengan penuh perhatian, dikatakan bahwa semua orang menangis setelah mendengar (ay. 9). 

Mereka tersentuh oleh firman Tuhan dan mendapati betapa sudah jauh melencengnya kehidupan mereka dari ketetapan Tuhan. 

Tetapi yang menarik adalah tangisan mereka itu, sentuhan emosional mereka itu, tidak menjadi bahan permainan psikologis oleh para hamba Tuhan pada masa itu. 


Kesadaran mereka akan hadirat Allah dan dosa mereka tidaklah menjadi bahan untuk para hamba Tuhan menundukkan para umat di dalam kuasa para hamba Tuhan. Membuat mereka tergantung kepada arahan dan petunjuk dari para hamba Tuhan. 


Para hamba Tuhan dan para pemimpin malah mengatakan bahwa sudah cukup menangisnya. Karena adalah sudah bagus kalau kita semua sudah tersentuh oleh pewartaan Firman Tuhan.  Itulah langkah awalnya dan sudah cukup menangis.


Kini saatnya untuk berbahagia. Makan minum. Berpesta. Menikmati hidup. 

Dikatakan bahwa “sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindungan-Mu! (ay. 10)”, yang artinya kebenaran itu sudah memerdekakan kamu. 

Namun untuk terus menjadi merdeka, tidak cukup hanya tahu kebenaran melainkan harus terus melakukan kebenaran. Maka perlindungan Tuhan akan selalu ada menyertai kita. Itulah yang memberikan kita sukacita karena Tuhan. 


Sama seperti dalam 
Yakobus 1:25 

Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. 


Biarlah setiap kali kita tersentuh oleh firman Tuhan dan mengalami pertobatan, biarlah rasa dukacita karena dosa tidak menguasai kita. 

 

Rasa bersalah tidak menghantui langkah-langkah kita ke depan. 

Karena pertobatan adalah hanya langkah awal untuk Allah bekerja memulihkan hidup kita. Dan dalam langkah-langkah selanjutnya, Tuhan juga mau terus menyertai kita. 


Tuhan tidak pernah berbuat, lalu lepas tangan. IA setia sampai akhirl 


Mari kita juga terus setia sampai akhir kepada Tuhan kita. 

Saat firman Tuhan mempertobatkan kita dan memberi kita kesadaran sebagai langkah awal, mari kita juga mengambil langkah-langkah kehidupan selanjutnya untuk terus melakukan kebenaran firman Tuhan. 

Disitulah kebangunan rohani sejati terjadi.

 

----------------------------------------------------

 

Refleksi sebelumnya dari Nehemia 7 dapat dibaca di sini.

 

Refleksi kristen lainnya dapat ditemukan di sini.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]