Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Menentukan Langkah Selanjutnya

(Refleksi dari Nehemia 7:4-72

menentukan next steps
Image by Gerd Altmann from Pixabay

“Renungan Kristen tentang Kepemimpinan” 


-----------------------------------------------------

Seringkali manusia terlalu terfokus pada urusan untuk membangunnya. 

 

Entah itu yang dibangun sebuah bangunan fisik, atau membangun karir, atau membangun sebuah relasi.  


Akibat terlalu fokus pada usaha untuk membangun, kemudian menjadi terlupa atau tanpa sadar terlupa UNTUK APA mereka membangunnya. 


Penting untuk kita selalu sadar seperti Nehemia bahwa “tembok Yerusalem” yang dibangun adalah untuk manusia bisa kemudian tinggal di dalamnya.  Itulah tujuannya.

Bukan sekedar tembok yang dibangun oleh manusia, tetapi tidak dipergunakan untuk manusia. 

Atau dalam istilah populernya adalah harusnya “Tembok untuk manusia, dan bukan manusia untuk tembok.” 


Jangan sampai kita membangun karier, tetapi demi karier itu sendiri. Sedangkan orang-orang di sekitar kita, yang bersama kita membangunnya malah menjadi dirugikan karenanya. 

Jangan sampai kita membangun gedung, tetapi demi kebanggaan saja. Sedangkan manusia-manusia di dalamnya malah tidak merasa terbangunkan. Yang ada hanya merasa dimanfaatkan. 


Dalam usaha untuk mementukan langkah selanjutnya demi mencapai tujuan membangun, berikut adalah catatan refleksi yang bisa kita ambil dari Nehemia 7:5-72: 




# Mengakui bahwa Hikmat itu dari Tuhan.


Nehemia menyadari bahwa masalah mereka belum selesai. Setelah tembok dibangun untuk melindungi Yerusalem dari luar, namun penduduk di dalam tembok Yerusalem sendiri masih terlalu sedikit. 

Nehemia perlu mengisi kota Yerusalem dengan penduduk yang lebih banyak. Ia kemudian merenungkan masalah ini. 

Ia menyadari bahwa penduduk bukannya tidak ada, tetapi masih terpencar-pencar. Karena itu para penduduk yang masih terpencar di sekitaran desa di luar tembok Yerusalem, dikumpulkan, diajak bicara, diajak untuk tingggal bersama di dalam Yerusalem. 

Maka jika semua mau pindah masuk ke dalam kota, maka kota Yerusalem akan terisi penduduk dengan lebih banyak dan secara cepat. 



Nehemia dengan rendah hati mengakui bahwa “Allah memberikan dalam hatiku rencana” (ay 5).  


Ia mengaku bahwa solusi dari masalah yang sedang mereka hadapi itu berasal dari Tuhan. 



Ini perlu kita catat: 

Kerendahan hati lah yang membawa hikmat akan selalu mengalir ke dalam hati kita karena anugerah dari Tuhan. 

 

Jika kita menjadi sombong atau tinggi hati, Tuhan tidak akan mengaruniakan hikmat terus berkelimpahan di dalam hati dan pikiran kita. 




# Pentingnya Pekerjaan Administratif 


Banyak pemimpin tidak terlalu mementingkan pekerjaan administratif, seperti contohnya keperluan untuk mengumpulkan dan memiliki data lengkap. 

Saya pribadi percaya bahwa data sangat penting. Itu dapat menjadi dasar kita memutuskan sebuah permasalahan. 

Bahkan data bisa membuka mata adanya masalah atau potensi masalah. 




Dalam pengalaman Nehemia, setelah mereka melakukan pendataan, mereka mendapati bahwa ada masalah di antara para imam. 

 

Ada para imam yang harusnya sesuai ketentuan Taurat merupakan keturunan Harun, tetapi mereka tidak bisa memastikan apakah benar mereka adalah keturunan Harun (ay. 63-63). Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak tercatat dalam silsilah. 



Maka kemudian Nehemia memutuskan bahwa legalitas mereka sebagai imam untuk sementara ditangguhkan dulu. Termasuk hak dan kewajiban mereka sebagai imam terpaksa ditangguhkan dulu. Sampai ada solusi yang dapat diputuskan secara permanen (ay. 65) 


Inilah catatan pentingnya: 

Yaitu tentu masalah yang ditemukan tersebut harus diselesaikan. Bukan untuk sekedar dikeluhkan, atau jadi bahan omelan. Apalagi menjadi bahan gosip. 




# Membangun Bersama untuk Bersama 


Betapa menyegarkan bahwa dari penduduk yang sudah terkumpul, mereka juga tergerak untuk memberi sumbangan untuk pekerjaan membangun rumah-rumah di dalam kota Yerusalem (ay. 70-72). 

Mereka menyadari bahwa pekerjaan ini dibangun untuk mereka bersama dan karena itu mereka juga harus bergerak bersama. 



Kesadaran semacam ini seringkali bisa timbul secara spontan, atau bisa juga diarahkan oleh para pemimpin. 

 

 

Diarahkan melalui ucapan, atau seperti Nehemia yang sudah terlebih dahulu memberikan teladan. 

Jangan harapkan untuk para pengikut bisa bergerak lebih dulu, jika terutama para pemimpin tidak memberikan teladan dengan perbuatan bahwa mereka sudah terlebih dahulu melakukan apa yang diharapkan.

 

 

--------------------------------------------------


Refleksi sebelumnya dari Nehemia 7:1-3, baca di sini.

 

Untuk refleksi lainnya, temukan disini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]