Gereja: Bukan Restoran, Tetapi Keluarga
(Naskah Khotbah Kristen dari Efesus 2:19)
"Gereja adalah Keluarga" |
PENDAHULUAN
Begitu banyak
orang mulai melihat dan memperlakukan gereja sebagai restoran.
Kalau
kita mau makan di restoran, setidaknya ada 3 hal yang kita cari atau
pertimbangkan:
(1)
good service (keramahan, penerangan, kondisi meja dan kursi, kebersihan);
(2)
good food (makanan yang enak, sesuai dengan selera); dan
(3)
good price (harga yang masuk akal).
Seringkali
juga, orang mencari gereja, seperti mencari restoran. Mereka mempertimbangkan:
(1)
good service (keramahan, penerangan, kondisi meja dan kursi, kebersihan); = excellent
(2)
good food (apakah khotbahnya sesuai selera); dan
(3)
good price (apakah “mahal” kalau mau ikut gereja ini).
Kebenarannya
adalah Gereja adalah bukan restoran.
Jika
anda mencari gereja, seperti mencari restoran, maka faktanya adalah restoran
adalah bisnis, tujuannya mencari keuntungan, tujuannya untuk mengambil uang
anda.
Anda
mau bergabung dengan gereja yang hanya menginginkan uang anda?
Restoran bisa tidak perduli dengan kesehatan dari makanan yang dia tawarkan, apakah bersih atau tidak, apakah sesuai dengan nasihat dokter untuk anda, dan lain sebagainya.
Yang penting anda nyaman, anda kenyang, anda bahagia, anda
terhibur. Kalau-kalau setelah makan anda
sakit jantung, restoran tidak akan perduli.
KALIMAT PERALIHAN
Dan
puji Tuhan. Gereja bukanlah restoran,
tetapi? apa?
Mari kita membaca dari Efesus 2:19
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan
pendatang (=orang luar), melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah,
ISI
Gereja bukanlah restoran, tetapi keluarga.
Apa beda makan di restoran
dengan makan di keluarga?
#1 TANGGUNG JAWAB
Ketika kita makan di restoran, tidak akan kita dicegat setelah
makan makan, setelah bayar, lalu di cegat.
Eh pak? Mau kemana
pak? Bantu cuci piring dulu dong
pak. Itu piring kotornya di bawa ke
dapur. Kalau bapak lihat karyawan kami
lagi pada sibuk, bapak bantu cuci piring.
Kalau lagi tidak pada sibuk, bapak boleh letakkan saja di dapur.
Atau sebelum makan, kita duduk di meja, lagi ngobrol2, tiba-tiba
dipanggil.
Aduh pak, tahu diri donk pak.
Sana ke belakang, bantu potong2 sayur, cuci sayur, petik kecambah.
Atau anda baru dari kamar kecil, lewati dapur, tiba-tiba
dipanggil, tolong antarkan piring ini ke meja 9!
Tentu tidak!!! Mengapa karena kita tidak bertanggung-jawab untuk
itu ketika makan di sebuah restoran.
Satu-satunya tanggung jawab yang anda harus lakukan ketika makan
di sebuah restoran adalah apa? Bayar!
Jika anda tidak bayar, anda bisa di pukuli.
saya
berharap orang tidak pergi ke gereja dengan pemikiran yang sama. Satu-satunya yang menjadi tanggung jawab
adalah memberi persembahan kolekte, lalu sesudah itu boleh pulang.
Karena gereja bukan restoran, tetapi keluarga. Firman Tuhan yang tadi kita baca berkata
bahwa anda adalah “anggota-anggota
keluarga”. Bukan pelanggan
restoran. Apa bedanya?
Dalam gereja sebagai sebuah keluarga, setiap dari kita memiliki tanggung jawab.
Ada bagian yang harus kita ambil untuk sama-sama mempersiapkan makanan rohani yang akan kita santap.
Sama seperti ketika kita makan di rumah, di keluarga kita sendiri, biasanya ada pembagian tugas. Ada yang bertugas masak. Ada yang bertugas cuci piring. Ada yang bertugas bantu potong sayur dan sebagainya.
Atau setidaknya,
kalau sudah makan kita akan mengantarkan piring kotor ke dapur.
Dalam gereja sebagai sebuah keluarga, setiap dari kita adalah
anggota keluarga, dan anda harus ikut mengambil peran dan tanggung jawab, tidak
hanya ikut makan bersama. Peran dan
tanggung jawab apa yang bisa ambil?
Anda dapat berperan membantu persiapan hati setiap orang yang datang untuk makan rohani di gereja dengan cara menjadi welcomer, greeter.
Peranan mereka sangat besar. Yang ditemui oleh jemaat pertama kali di hari minggu bukan hamba Tuhan, tetapi welcomer di ibadah. Mereka seperti prajurit paling depan di medan pertempuran. Sangat-sangat penting.
Kesan pertama yang mereka berikan tentang gereja ini sangat
menentukan apakah orang itu akan bisa makan rohani dengan kenyang di gereja
atau makan dengan bad mood.
Menjadi welcomer juga butuh ketulusan dan hati yang sangat
besar. Biasanya, jika ada sesuatu yang
salah di hari minggu, mereka lah yang terlebih dahulu kena marah orang, bukan
hamba Tuhan.
Sejujurnya, tidak semua orang bisa jadi welcomer, penyambut
tamu.
Ilustrasi:
Sama seperti sebuah restoran.
Meskipun makanannya enak, tetapi kalau harganya mahal, namun kalau pelayanannya ramah, orang masih akan makan di sana.
Tetapi kalau pelayanannya tidak ramah,
meskipun harganya nya ok, dan makanannya enak; orang-orang bisa memilih untuk
pergi ke restoran yang lain.
Dalam gereja sebagai sebuah keluarga anda dapat bantu mempersiapkan makanan rohani yang sehat sesuai firman Tuhan melalui melayani di bidang pujian dan penyembahan.
Pujian dan penyembahan bukanlah hanya sekedar makanan pembuka,
tetapi bukan juga makanan utama. Tetapi
20 menit pertama praise & worship sangat mempengaruhi 40 menit
berikutnya.
Jika puji-pujian lesu, ibadah menjadi lesu.
Jika terlalu semangat, menjadi kelelahan. Dia harus terasa PAS, porsinya juga pas. Jangan sampai membuat terlalu kenyang,
sehingga jemaat siap untuk makanan utama yaitu firman Tuhan.
Dalam gereja sebagai sebuah keluarga anda dapat mengambil tanggung jawab untuk memberi makan rohani kepada anak-anak kecil , menjadi guru-guru SM di ibadah Excell Kids (Ibadah anak).
Kita membutuhkan lebih banyak lagi guru untuk mengajar anak-anak sekolah minggu. Merekalah generasi penerus kita, yang harus
lebih hebat dari generasi kita.
Atau jika anda merasa kesulitan terhadap waktu, atau tenaga, tetapi anda merasa kelimpahan secara finansial, anda dapat ikut mengambil tanggung jawab dengan menjadi donatur bagi pelayanan gereja ini, keluarga anda ini.
Ada banyak lagi jenis tanggung jawab lain yang dapat ambil sebagai
keluarga di dalam gereja. Jika anda
tergerak, anda ingin ikut bergabung, tapi anda takut-takut atau anda kurang
jelas, anda bisa bertanya kepada para hamba Tuhan sesudah ibadah ini selesai
nanti.
Gereja bukan restoran, tetapi keluarga
karena:
#2 RELASI DENGAN MEREKA YANG JUGA LAGI MAKAN
Kalau
makan di restoran, kebanyakan anda tidak kenal; dan jujur saja, anda tidak
perduli dengan orang lain yang ada di sana.
Betul? Dia mau jungkir balik
juga, ya terserah dia. Selama dia gak
ganggu kita. Betul?
Tetapi di keluarga? Di dalam gereja? Firman Tuhan berkata bahwa
anda bukan orang asing, bukan orang luar, bukan pendatang, tetapi kawan,
sahabat, kawan sewarga, dan tetangga.
Di dalam
gereja sebagai keluarga, biarlah kita menjadi anggota keluarga yang juga adalah teman,
kawan, sahabat sehingga kita bergaul erat.
Bukan
sebagai anggota keluarga yang saling tidak akur, tetapi sebagai anggota
keluarga yang saling menjadi sahabat, kawan, teman. Tidak menjadi orang asing dan tidak
menganggap orang lain “orang luar”
Sesungguhnya
dengan jujur saya mengatakan “menambah relasi baru itu adalah menambah masalah
baru”. Betul saudara. Tetapi “menambah relasi baru itu adalah juga
menambah saluran berkat Tuhan baru bagi anda”.
Sekarang
tinggal kita mau lihat dari mana? Lihat
dari sisi positifnya atau lihat dari sisi negatifnya?
Apakah
anda masih ingat bahwa Amsal 27:17 mengatakan “Besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya”.
Cara yang dipakai oleh Tuhan untuk mengeluarkan potensi dari dalam seseorang, untuk membuat seseorang menjadi lebih baik lagi adalah melalui hubungan atau relationship dengan orang lain.
Sama
seperti besi jika digesek dengan besi, maka kedua besi tersebut akan menjadi
semakin tajam. Namun juga besi kalau
digesek dengan besi maka akan terjadi panas, friksi, dan bahkan sesekali
mengeluarkan percikan api.
Dalam
kehidupan berelasi kita, seringkali kita akan bergesekan satu sama lain. Kita akan mengalami konflik, akan ada
percikan api mungkin. Bahkan dengan
teman-teman terdekat kita, konflik akan selalu ada dan pasti. Termasuk juga dengan teman-teman di gereja.
Tidak
berkonflik itu lebih mudah, tetapi tidak membawa kita untuk menjadi semakin
lebih baik, menjadi semakin lebih tajam.
Kebenarannya
adalah kita butuh orang lain karena kita tidak dapat bertumbuh sendirian, kita
hanya bisa bertumbuh di dalam komunitas.
Itu sebabnya penting untuk tertanam di sebuah gereja, di dalam CARE
(komsel), karena itu adalah cara yang baik untuk mengeluarkan potensi dan
bertumbuh.
Tetapi,
siap-siap. Bersedialah untuk
bergesekan. Nikmati itu. Harus belajar untuk menggunakan konflik
sebagai kesempatan untuk saling menajamkan satu sama lain dan bukan untuk
saling menjatuhkan.
Inilah hati Bapa bagi kita. Ia ingin kita menjadi saudara di dalam Yesus. Agar kita saling mengasihi dan saling menerima, saling membangun bahkan melalui konflik sekalipun. Karena itulah cara untuk membuat kita mendapatkan berkat-berkat yang lebih baik.
Menambah relasi, menjadikan kita menambah saluran berkat Tuhan yang baru. Karena itu bersosialisasilah. Karena gereja bukan restoran, melainkan keluarga.
PENUTUP
Waktu kita makan di restoran, di sana kita dilayani oleh para pelayan. Kita memanggil mereka apabila perlu saja, lalu kita tinggal menunggu pesanan kita.
Kalau makanan lama muncul, kita menggerutu.
Kalau cepat, kita jarang berkata “terima
kasih”. Kalau makanan gak enak, kita
mengkritik. Tetapi kalau enak, jarang
sekali kita memuji.
Kita tidak merasa perlu kenal lebih jauh dengan
si pelayan. Yang penting mereka melaksanakan tugasnya dengan baik, kita senang
dan puas.
Tetapi sekali lagi, gereja bukanlah restoran. Jangan memilih gereja seperti memilih restoran. Jangan menjadikan gereja seperti restoran.
Mari kita bersama-sama menjadi gereja yang adalah
keluarga, ikut mengambil tanggung jawab bersama dan membangun relasi yang
hangat.
Tuhan berkati kita semua.
Naskah Khotbah lainnya, temukan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar