Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Pikir-Pikir tentang Memberi

(Khotbah Kristen dari Markus 12:41-44)

 memberi persembahan dengan sukacita


"Naskah khotbah Kristen tentang persembahan"


PENDAHULUAN

Ada satu pelajaran penting dari kisah kain dan Habel (Kejadian 4:1-16), yaitu: dari kisah persembahan Kain dan Habel, ternyata persembahan kita bisa ditolak oleh Tuhan.

 

Karena Tuhan BUKAN pengemis, yang akan menerima apapun yang diberikan kepada-Nya dan tidak pernah menolak pemberian. Apalagi jika pemberian itu hanya asal / sisa / bukan yang terbaik.

 

TUHAN adalah Bapa kita, Raja kita, yang layak mendapatkan yang terbaik dari kita.

 

Sementara saya akhir-akhir banyak berbicara kepada saudara, mengenai persembahan: saya tentu berdoa bahwa persembahan saudara akan diterima oleh Tuhan dan  bukan malah ditolak oleh Tuhan.

 

Maka saya rindu untuk kita belajar tentang sebuah kisah di dalam perjanjian baru, yaitu tentang seseorang yang memberi persembahan, dan kemudian bukan hanya diterima oleh Tuhan, bahkan sampai mendapatkan pujian langsung dari TuhanYesus.

 

 

KALIMAT PERALIHAN

Markus 12:41-44

41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan BAGAIMANA orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.

42  Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.

43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.

44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

 

 

 

ISI

“Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan BAGAIMANA orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu”

 

Perhatikan = Tuhan Yesus perduli cara kita memberi, tujuan kita memberi, dan berapa besarnya kita memberi.

 

 

Ketika mau memberi,

#1 Tidak Tunggu Nanti

Seringkali ketika mau memberi, kita menundanya dengan alasan nanti.

= Nanti kalau aku sudah punya ... (duit lebih/waktu lebih/dsb-nya)

= Nanti aku kasi sekarang, terlalu kecil, tidak berarti.

 

Jika janda miskin ini punya pikiran seperti itu, maka ia tidak akan pernah memberi.  Ia tidak akan pernah dipuji Yesus karena pemberiannya yang luar biasa.

 

 

 

Berapa sih dua peser?

 

1 dinar adalah upah kerja sehari = 128 peser.

= Kalau kita anggap saja upah kerja satu hari adalah 50 ribu, maka 1 peser adalah 400 rupiah (50.000 : 128).

= Artinya janda itu hanya memberi persembahan 2 peser =  800 rupiah.

= Dan janda itu dipuji oleh Tuhan.

 

Karena ia tidak menunggu nanti.

= Ia tetap memberi dengan apa yang ada padanya.  Hanya 800 rupiah.

 

Maka jangan menunda memberi karena saudara berpikir, ah… persembahan syukur kalau hanya 50rb / 100rb apa gunanya.  Buat malu saja!

 

Pikiran untuk memberi harusnya dimulai saat ini juga, dengan apa yang ada di tangan kita, dengan apa yang sudah ada.

 

Alasan: Tapi kalau nanti.... aku bisa memberi lebih...

= Jika tidak dimulai sekarang, nanti bisa hanya tinggal janji.

 

Jangan sampai, seperti terjadi di banyak gereja:

- Yang mau melayani, sudah tidak bisa lagi melayani.

- Yang mau memberi, tidak sanggup memberi banyak.

 

= yang bisa melayani, malah tidak mau melayani.  Jawabnya nanti.  Sibuk.

= Yang bisa memberi, malah tidak mau memberi.  Jawabnya nanti.  Tunggu.

 

Mulai saja dulu. 

 

Karena betul, jangan tunggu nanti.  Minggu depan / Bulan depan / tahun depan aja.

= Mulai saja dulu dengan apa yang ada.


 

Ketika mau memberi sadarlah bahwa,

#2 Tuhan Melihat Bagaimana Kita Memberi

Lebih dari melihat apa yang kita beri dengan tangan kita, Tuhan melihat apa yang kita beri dengan hati kita.

 

Janda miskin ini memberi hanya 2 peser, hanya 800 rupiah. Namun Yesus memuji dia.

 

Karena sesungguhnya yang Tuhan sangat sukai dari persembahan janda miskin adalah bukan 2 pesernya, melainkan HATINYA.

 

Janda itu mirip sekali dengan Tuhan yang hatinya penuh kasih,

= Mirip dengan hati Tuhan yang mau memberi, bahkan sampai berkorban.

 

 

Tahukah saudara bahwa salah satu tujuan dari uang persembahan dikumpulkan di Bait Allah adalah untuk para janda dan orang-orang miskin?

= Namun janda ini tidak mengeluh: harusnya aku ini yang dikasi diakonia!  KOk malah aku  ikut ngasih juga?!?

= Dia memilih untuk tetap menunjukkan apa yang ada di dalam hatinya, yaitu kasih akan Tuhannya.

 

 

Ia melakukannya tanpa merasa terpaksa atau sedih hati. Ia melakukannya sesuai dengan kerelaan hatinya.

= Persis seperti firman Tuhan katakan dalam 2 Korintus 9:7,

 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita memberi keluar dari hati yang penuh kasih kepada Allah?

= Bukan sekedar yang sisa // seadanya // asal2an

 

 

HATI = Motivasi = Tujuan ia memberi

Dikatakan tadi bahwa Tuhan Yesus juga memperhatikan TUJUAN orang memberi, bukan sekedar berapa yang ia beri.

 

 

Tuhan Yesus dikatakan melihat bahwa banyak orang kaya memberi dalam jumlah yang BESAR.  Apakah ada yang salah? 

= Malah benar, sesuai kemampuannya!  Sesuai dengan kapasitasnya.

 

Tidak ada yang salah dari kisah ini mengenai orang kaya memberi dalam jumlah yang besar.  Tuhan tidak marah karena itu.  Tuhan tidak menegur orang-orang kaya itu.

 

Entah memberi dalam jumlah besar atau jumlah yang kecil, masalahnya ada di dalam hati kita. 

 

Apakah kita memberi motivasinya untuk mendapatkan sesuatu? 

= Entah itu kehormatan, entah itu kebanggaan, entah itu kedudukan.

 

 

 

Memberi yang benar adalah bukan untuk mendapat.  Memberi harus keluar dari hati kita yang penuh kasih.

 

Kita harus pastikan bahwa ketika kita ingin memberi sesuatu kepada orang lain atau kepada Tuhan, kita tidak punya motivasi lain…. , SELAIN …. karena itu adalah sebuah tindakan kasih yang kita teladani dari Bapa kita di surga.

 

 

Ciri-ciri orang yang memberi dengan hati yang benar, bukan untuk mendapatkan sesuatu: “tidak pernah ungkit2”

 

Ada orang-orang di gereja lain yang suka ngungkit2:  

= ini aku yang nyumbang lho!!!

= kalau dak ada aku, dak bisa jalan lho gereja ini!!

 

Ada orang-orang di gereja ini bahkan sudah lupa bahwa barang ini bisa ada di gereja karena dia yang nyumbang.  Itu baru luar biasa.

 

 

Ketika mau memberi sadarlah bahwa itu adalah:

#3 Tindakan Iman yang Nyata

 

Ilustrasi:

Tahukah saudara bahwa di setiap uang Dollar Amerika ada tulisan “In God We Trust”?

= Yang artinya dalam bahasa indonesia: “Di dalam Tuhan, kita percaya”.

 

Mengapa sampai perlu ada kata-kata tersebut di dalam uang dollar amerika?  Apa sejarahnya?

 

Setelah terjadi perang saudara di Amerika pada tahun 1800-an, seorang pendeta bernama Mark R. Watkinson menulis surat usulan kepada menteri keuangan Amerika pada saat itu, yang bernama Salmon P. Chase, untuk memasukkan unsur kepercayaan kepada Tuhan dalam setiap uang koin negara Amerika.

 

Surat itu dibalas oleh Menteri keuangan, Salmon P. Chase, dengan persetujuan presiden amerika serikat pada waktu itu, yang bernama Abraham Lincoln, sebagai berikut:

 

“Tuan, anda benar.  Tidak ada negara yang bisa kuat, kecuali karena kekuatan Tuhan; atau menjadi aman kecuali karena perlindungan Tuhan.  Kepercayaan masyarakat kita kepada Tuhan harus dimasukkan ke dalam uang koin nasional Amerika Serikat”.

 

 

Apa tujuannya moto ini harus dimasukkan tercetak di dalam uang?  Mengapa harus uang yang jadi obyek moto ini? 

Untuk menjadi sebuah pengakuan iman bahwa kita bukan percaya kepada kekuatan finansial uang // kepada kekuatan harta benda // kepada kekuatan pertahanan sebuah negara, melainkan kita percaya kepada Tuhan.

 

 

Bagaimana dengan kita saat ini?  Apakah kita percaya kepada Tuhan atau percaya kepada uang // harta kita?

 

Apakah kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan untuk memelihara dan memenuhi segala keperluan hidupnya?

= atau lebih percaya kepada uangnya / hartanya / asetnya / investasinya?

 

 

Seorang pendeta pernah berkata,

“Kita benar-benar akhirnya tahu kepada siapa kita percaya, apakah Tuhan atau uang, bukan saat keadaan ekonomi sedang baik, melainkan saat keadaan ekonomi sedang buruk!”

 

Berita tanggal 28 September 2019, mengatakan bahwa negara-negara besar seperti: Inggris, Italia, Jerman, Hongkong, bahkan Singapura mulai mengalami resesi (=kemorosotan ekonomi).

 

Di indonesia, di katakan belum sampai terjadi resesi, tapi sudah terjadi perlambatan ekonomi. 

= Ini saat yang tepat untuk menguji kepercayaan kita!  Apakah kepada Tuhan atau kepada uang?

 

 

Kembali ke janda tadi, dia jelas-jelas tidak dalam kondisi ekonomi yang baik.

Dalam firman Tuhan tadi dikatakan bahwa janda itu hanya punya dua peser. 800 rupiah.

 

Waktu saya berkhotbah tentang janda miskin ini, tahun lalu; Isteri saya sampai pernah bilang janda itu kurang waras!  Mengapa dia memberi seluruhnya? Sudah miskin, sudah janda, memberi seluruhnya pula.  Itu bener-bener gila!

 

Karena akibatnya: setelah dia kasi uang dua peser ini, dia tidak punya apa2 lagi!

 

 

 

Betulkah ia tidak punya apa2 lagi?

+ Betul, ia saat itu miskin. 

+ Betul, ia janda, yang artinya tidak ada lagi suami yang diharapkan bisa membantu secara ekonomi.

 

Tetapi, betulkah janda itu tidak punya apa-apa lagi? Lalu mengapa ia bisa memberi?

 = Karena ia merasa masih punya Tuhan, dan itu lebih dari cukup baginya!

 

Ia mempercayai bahwa Tuhan itu akan memenuhi segala keperluannya, menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya, di dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19).

 

Apakah saudara punya iman yang sama?  Amin?

 

 

Beriman bahwa Tuhan memelihara hidup kita,

itu artinya kita tidak akan pernah punya halangan untuk memberi persembahan kepada Tuhan.

 

Karena kemampuan untuk memberi berasal dari iman bahwa Tuhan pasti mencukupkan. 

 

Jika tanpa iman, kita tidak pernah bisa memberi.

 

 

Sama seperti janda ini: Dia bisa memberi karena ia merasa Tuhan ada untuk dia.  Percaya bahwa setelahnya Tuhan yang akan memberikan ia makan hari ini, dan besok, dan besok-besoknya.

 

Saya percaya akhir kisah janda miskin bukanlah akhirnya janda miskin itu mati kelaparan karena kebodohannya memberi 2 peser.  Saya percaya Tuhan pasti menyatakan kehadiran dan pemeliharaan-Nya kepada janda miskin tersebut.

 

Hal yang sama, Tuhan juga akan perbuat kepada kita.  Saat kita bukan hanya mengucapkan iman kita dengan perkataan amin. Tetapi dengan menunjukkan iman kita lewat perbuatan memberi persembahan.

 

 

PENUTUP

Persembahan tidak pernah sekedar soal uang. 

Persembahan tidak pernah sekedar kebutuhan operasional gereja.

 

Persembahan selalu bicara tentang:

+ respons kita yang keluar dari hati penuh syukur akan kasih Allah.

+ iman kita akan Tuhan yang memelihara.

+ Ketundukan kita kepada perintah Tuhan, Bapa dan Raja kita.

 

 

DOA:

+ Belum memberi: Tidak tunggu nanti / Menunda untuk memberi.

+ Sudah memberi: Periksa hati kami.  Luruskan hati kami.

+ Perbarui pengertian kami tentang persembahan: Bukan sekedar karena memenuhi perintah Tuhan, tetapi sebagai sebuah tindakan nyata iman.

 

Tuhan, Engkaulah sumber berkat kami.  Engkaulah pemelihara kehidupan kami. 

= Engkaulah Bapa kami.


Baca juga: Dampak Gereja Sangat Ingin Membuka Kembali





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]